Senin, 24 Maret 2008

Lahir dari Hasil Seleksi

Penantian panjang Untari Retno Wahyuni di Minomartani, Yogyakarta, selama 8 bulan akhirnya terpampang di depan mata. Beberapa semaian biji adenium hasil silangan sendiri mulai berbunga. Sekitar 30 bunga di antaranya bernuansa baru. Sebut saja bright candy dengan splash merah disetiap tengah petal dan renjana bermahkota lancip berwarna ungu.

Aktivitas menyemai biji mawar gurun hasil silangan sendiri itu Untari mulai sejak 4 tahun lalu. Memang tidak semua biji silangannya disemai karena sebagian dijual tanpa ditumbuhkan terlebih dahulu. “kalau menuruti permintaan, barangkali saya tidak akan pernah bisa menyemainya karena habis terjual. Tapi saya harus tetap menyemai sendiri. Kalau tidak bagaiman saya belajar sifat pewarisan karakter adenium,” kata wanita kelahiran Yogyakarta itu.

Makanya ibu 2 anak itu juga berharap mendapat informasi balik penampilan adenium dari hobiis yang membeli biji hasil silangannya. “ Dari informasi yang didapat, ia belajar karakter bunga untuk menentukan arah seleksi lebih lanjut. Termasuk menentukan tetua yang akan dipakai selanjutnya. Musababnya, corak bunga adenium tidak lepas dari sifat karakter moyangnya. Jadi, kalau ada 2 bunga disilangkan hasilnya beragam.

Sayang, tidak semua hobiis memberikan informasi balik yang diharapkan Thari. Jika ia menyemai semua biji silangan sendiri, mungkin kini didapat data lengkap karakter bunga. Selain itu, bila ada yang penampilannya bagus bisa dijual dengan harga lebih tinggi dibandingkan dalam bentuk biji.

Ikut tren
Untuk menghasilkan jenis baru Thari tak asal menyilang. Sebelumnya pehobi fotografi itu memilih calon indukan berdasarkan tren pasar. Informasi pasar ia peroleh dari hobiis yang tergabung dalam milisnya. “Awalnya orang suka bunga yang berwarna merah polos dan berukuran besar, “ kata Thari. Karena pasar menginginkan bunga yang seperti itu, ia pun membuat silangan yang kira-kira hasilnya seperti yang diinginkan pasar.

Pada 2004 konsumen menyukai adenium berbunga merah, berukuran besar, dan polos tanpa corak. Setelah itu 2005, konsumen beralih ke corak yang diawali oleh kemunculan harry potter. Menurut Thari tren harry potter masih berlangsung hingga sekarang. Maksudnya, hobiis menyukai bunga bercorak, tidak polos. Dari situlah ia kemudian menyeleksi calon indukan dengan harapan silangannya mengikuti tren pasar.

Seleksi dilakukan terhadap calon indukan. Yaitu yang punya corak bunga menarik. Dua macam sistem persilangan dilakukan. Pertama, persilangan indukan yang berkarakter mendekati tren pasar yang Thari sebut sistem pretty on pretty. Kedua, persilangan indukan yang berkarakter khusus ditujukan untuk menghasilkan breeding line tertentu yang disebut sistem gabungan.

Hasil silangan sistem pretty on pretty antara lain hp family, innocento, pinky, red sillouette, surokusumo, dan 5 jenis baru yang masih tanpa nama. Sebagian besar bentuk mahkota bulat dengan minimal 2 warna. Tujuan dari sistem silangan pertama untuk mengisi dan meyempurnakan kekurangan yang ada pada bunga saat ini sehingga penampilannya jadi lebih menarik.



Biji silangan Thari yang dijual kebanyakan berasal dari sistem pretty on pretty. Itu karena lebih cepat didapat dibandingkan dengan hasil akhir tahapan breeding line yang memerlukan waktu lama untuk dinikmati. Contoh hasil akhir breeding line adalah menciptakan bunga adenium warna ungu. “ menghasilkan bunga adenium berwarna ungu polos sangat sulit. Warna ungu merupakan cerminan sifat homozigot gen resesif warna merah muda dan gen resesif kopigmennya. Tanpa tahapan breeding line, justru semakin lama diperolehnya,” ujar Thari.



Cuplikan dari majalah TRUBUS
Edisi 460 Maret 2008, hal 32-33

Tidak ada komentar:

Posting Komentar