Selasa, 11 Maret 2008

GEN ABSTRAK

Rekan-rekan…
Mumpung anak-anak sedang liburan sekolah, ada banyak waktu luang untuk berlarut-larut ketak-ketik di depan computer ( moga-moga anak paling sulung saya tidak njegadul… ) berikut satu topik yang moga-moga bermanfaat, dibuka kelas ‘kembali ke adenium’ , he..he..he..
Mungkin kita sudah terlalu sering mendengar kata “gen” saat berbicara masalah penurunan sifat (trait) induk ke anak. Tapi apa sih sebenarnya gen itu ?
Ada dua konsep perihal gen, abstrak (tapi ini bukan mimpi) dan yang satu adalah konsep nyata secara fisik.

Konsep abstrak adalah cara pandang yang dipakai saat kita bicara dan menghubungkan gen dengan sifat (trait) tertentu. Lho ? Bagaimana ini, kok abstrak ?
Konsep gen abstrak sering dibilang orang dengan istilah gen-P, huruf “p” kependekan dari “phenotype” (kenampakan fisik yang dapat kita amati dari suatu organisme, sebagai efek dari keberadaan gen). Artinya, konsep ini menengarai keberadaan gen dari efek yang tampak pada phenotype, dan bukan dari kadaan fisik gen itu sendiri. Mirip saat kita bicara tentang elektron atau atom, dari efeknya semata, bukan dari melihat fisik atom itu sendiri. Siapa sih yang pernah melihat atom atau elektron dalam ujud fisiknya ? Tidak pernah ada yang melihat, tapi itu pasti ada. Nyatanya kita bisa memanfaatkan atom dan elektron, meski hanya mengenali dari efeknya saja. Demikian pula dengan konsep gen-P.

Lantas bagaimana cara mengenali bahwa gen A mempengaruhi phenotype bunga adenium ? Amati dari sifat yang paling simple dulu. Mari kita belajar dari cara pak Mendel mempelajari gen. Beliau tidak pernah buru-buru, sabar dan tekun. Semua dimulai dari detail sederhana, pilah masalah yang rumit (kadang kita sendiri yang membuat rumit sih) menjadi rangkaian tahapan penelitian yang saling berkaitan. Nah lo ? Aplikasi di adenium?

Alih-alih mencurahkan perhatian bagaimana kemungkinan jadinya persilangan antara Explora x Harry Portter, beliau akan memilah permasalahan menjadi lebih sederhana.
Misal : gen apa yang mengatur sifat flare merah pada tengah petal bunga HP dan Explora. Sifat-sifat lain jangan dipedulikan dulu, seperti sifat picotee pada si H Portter atau sifat urat-urat bunga warna merah di Explora. Metode yang sederhana : silangkan H Portter x bunga putih (Pawina misal), H Portter x bunga merah (Red Dusk misal), H Porter x Troya, dst, dst. Pelajari sebaran hasil pada anakan, dan sekali lagi ingat, hanya melulu amati penurunan sifat flare merah saja. Lakukan pula hal yang sama untuk sifat (trait) bunga yang lain, atau trait-trait lain seperti mudah bercabang, multi stem, dst, dst.

Dari rangkaian persilangan sederhana, gabungkan tahapan penelitian menjadi rangkaian akhir menyeluruh. Saya yakin, kita semua akan sampai kesimpulan, bahwa ada banyak gen yang menentukan bunga adenium. Ada gen struktural, yang mempengaruhi intensitas pigmen, ada gen regulator yang mengatur kehadiran pigmen ditempat tertentu dalam wujud tertentu. Ternyata ada gen regulator yang berbeda antara yang dipetal dengan yang dicorong bunga. Ternyata ada join pigmentation antara warna bunga dengan warna hipokotil pada seedling, dst, dst. Suatu saat isi diskusi milis ini adalah cocok-cocokan, ditempatku A x B jadi ini, B x C jadi ini, akhirnya dari Adeniumania terkumpul catatan gen adenium. Semoga ini bukan mimpi........
Kalaupun misalnya kita tetap tidak mampu mengenali masing-masing gen dan pengaruhnya pada sifat tertentu, dari cara tersebut di atas saya yakin, dapat dipakai untuk memprediksi “kemungkinan” sebaran sifat anak dari suatu persilangan tertentu. Dan ini yang lebih penting, sama juga dengan pentingnya kesabaran dan ketekunan.
Bagaimana dengan konsep gen-fisik secara nyata ? Mudah-mudahan lain kesempatan dapat kita bahas.
Salam dan semoga bermanfaat.

Tharie Wie
www.omahijo.com

Tidak ada komentar:

Posting Komentar