Kamis, 13 Desember 2007

Mengenal OMAHIJO



Saya mulai menyukai bunga Adenium sekitar awal tahun 2003, koleksi bunga pertama yang kami beli adalah “blue hawaii”. Saya sangat tertarik memiliki bunga tersebut karena berbunga lebat dan berwarna ungu.
Karena kelihatan perawatannya mudah, sejak saat itu saya dan suami rajin mengunjungi nurseri di Yogya atau setiap ada pameran bunga (di Yogya hampir seminggu sekali ada pameran bunga), saya mesti menyempatkan diri nonton sambil mencari dan menambah koleksi baru bunga adenium.
Awalnya kami memelihara anggrek. Namun karena keberatan papanya anak-anak atas suasana lembab dan gelap di rumah (mengundang nyamuk, katanya), saya mencari tanaman lain yang jauh dari kondisi lembab dan gelap. Pilihan jatuh ke adenium terutama karena :
- Warna bunga beraneka macam dan corak.
- Pohonnya mempunyai sosok yang unik dan khas
- Mudah perawatannya.
- Suasana rumah tidak lembab dan gelap, karena pohon ini suka sinar matahari

Kala itu saya dibuat heran dengan jenis dan warna adenium yang sangat banyak, sekitar 101 jenis. Hampir tiap seminggu sekali kami beli tanaman tersebut ( grafted plant ), sedikit demi sedikit hingga terkumpul lebih dari 300 pot baik beli dari dalam negeri atau luar negeri ( Taiwan dan Thailand ). Cukup besar juga dana yang kami keluarkan untuk membeli grafted plant adenium ( kala itu 1 pot adenium dengan 5-6 titik grafted seharga Rp. 300.000 ).
Akhirnya hobby kami tersebut tak lagi bisa dibuat main-main, berbekal koleksi yang sudah lumayan banyak dan hasil belajar sana sini lewat literatur akhirnya kami menjadikan hobby tersebut sebagai bisnis samping yang cukup menghasilkan.

Bulan Mei tahun 2003 saya mulai belajar menyilang adenium. Saya belajar menyilang dari alam. Alhamdulillah, lewat blue hawaii dan lebah yang menujukkan ke saya bagaimana biji adenium didapat. Suatu sore saya mendapati lebah yang mati terjepit di anther bunga blue hawaii kejadian tersebut memberi inspirasi ke saya bagimana seharusnya penyerbukan adenium dilakukan. Sejak saat itu saya mulai mencari dan mempelajari buku-buku fisiologi tanaman, teknik meyilang dan pemuliaan tanaman. Untuk mencari tahu bagian-bagian reproduktip suatu bunga. Saat itu saya tidak tahu sama sekali apa itu stigma, anther, pollen, dll. Dari buku pula saya tahu bahwa struktur bunga adenium mirip struktur bunga sejenis rumput liar di gurun (Asclepias)

Namun baru pada bulan Nopember 2003 saya dapat berkata bahwa saya berhasil menyilangkan bunga denium (kurang lebih 6 bulan coba-coba menyilang baru berhasil). Keinginan untuk menyilangkan adenium timbul setelah dapat oleh-oleh dari teman berupa bunga adenium “Harry Potter” orisinal, bukan “grafted plant”. Di pikiran saya kala itu alangkah indahnya adenium bila bunganya bagus tetapi batangnya tidak terlihat luka bekas proses grafting. Untuk itu berarti kita harus menanam benih adenium yang berbunga non lokal. Tapi mana ada saat itu, berarti saya harus menghasilkan sendiri biji adenium dimaksud.

Menyilang adenium itu gampang. Yang susah menentukan indukan yang sesuai. Bunga adenium mempunyai sifat “incompabilitas” yang tinggi dan “self sterile”. Bunga adenium tergolong tanaman penyerbuk bersilang. Jadi semua biji adenium yang ada itu sebenarnya adalah hibrida, karena penyerbukan bersilang itu tadi. Beberapa species, atau varietas sering tidak bersesuaian, saling menolak. Ada species yang putiknya (stigma) tidak berfungsi dengan baik, dan beberapa lainnya tidak menghasilkan pollen.
Contoh : species A. swazicum dan turunannya tidak dapat dipakai sebagai indukan betina, karena stigma tidak berfungsi sebagaimana mestinya. Kalaupun terbentuk calon biji, perkembangannya tidak begitu baik.
Penyilangan antara A. obesum dengan A. arabicum sangat sulit dilakukan. Namun anehnya kalau arah persilangan dibalik, A. arabicum dengan A. obesum kemungkinan diperoleh biji jauh lebih mudah.

Silangan pertama saya adalah antara “red dusk” (A. obesum) dengan “harry porter” (Adenium hybrid ). Dari catatan saya bunga tersebut hasil proses penyilangan pada tanggal 1 Nopember 2003 (pas hari ulang tahun anak saya yang pertama), tanda-tanda munculnya calon biji kelihatan pada tanggal 15 Nopember 2003, dan saya panen (hasilnya 150 biji) pada tanggal 11 Februari 2004. Dari 150 biji yang saya tanam, 95 % tumbuh. Sembilan bulan kemudian tanaman tersebut berbunga dan memiliki beberapa corak bunga yang merupakan perpaduan ke dua induknya atau nenek-kakeknya.

Ternyata benih adenium ( silangan hand pollinations ) masih jarang di Indonesia. Selama ini Indonesia import dari negara Thailand atau Taiwan, sehingga ketika saya mulai menawarkan benih maupun bibit (seedling ) melalui internet atau beberapa nursery respon mereka sangat luar biasa. Akhirnya order pembelian benih mulai mengalir.. Alhamdullilah..

Bulan Mei 2006, tepat 3 tahun setelah perkenalan saya dengan Adenium. Sebuah Majalah Ibukota ( Flona ) mengangkat hobby dan pengalaman saya menyilang adenium sebagai topik utama. Berkat internet dan media iklan lain akhirnya kami mulai dikenal orang, OMAH IJO - Specializes in Adenium Hand Pollination Seeds.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar